HUKUM MUSIK
Tiada hari tanpa musik. Hm, mungkin itu motto yang tepat banget buat kamu-kamu yang maniak musik. Gimana nggak, dalam aktivitas sehari-hari musik selalu menemani. Belajar diiringi lagu, nonton TV chanelnya MTV, ngerumpi ngegosipin penyanyi, bepergian bawa walkman, dan bahkan di kamar mandi juga nyanyi sendiri. Wah, dunia serasa sepi tanpa musik.
Bener nggak...?
Musik yang katanya bahasa universal emang enak dinikmati.
Mulai lagu dangdut, sampai klasik, semua musik asyik-asyik.
Siapa aja, tua-muda, kecil-dewasa suka ama yang namanya musik.
Termasuk kaum hawa. Bagaimana enggak, kalo udah demen, biasanya cewek/cowok paling nggak tahan buat ngeluarin isi dompetnya untuk
beli kaset, VCD atau MP3. Tul nggak....?
*Hukum Musik*
Jaman sekarang aneka jenis musik dan lagu begitu bervariasi.
Tentu saja tak semuanya ada di jaman Rasulullah dulu. Makanya banyak
ulama yang pro-kontra soal hukum bermusik itu sendiri. Sebagian ulama
salaf mengharamkan, berlandaskan pada riwayat..?
Imran Hushain, bahwa ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Akan terjadi pada umatku, lemparan batu, perubahan bentuk,
dan tenggelam ke dalam bumi.” Dikatakan: “Ya Rasulullah,? kapan itu terjadi..?” Beliau menjawab : “Jika telah tampak alat-alat musik, banyaknya penyanyi wanita, dan diminumnya khamr-khamr”
(Dikeluarkan oleh Tirmidzi, Ibnu Abiddunya, dan lain-lain, lihat Tahrim.
alath Tharb halaman 63-64).
Namun, sebagian lagi menghalalkan musik dan nyanyian.
Diantaranya: Abdullah bin Ja’far, Abdullah bin Zubair, Al-Mughirah bin Syu’bah, Usamah bin Zaid, Umran bin Hushain, Muawiyah bin Abi Sufyan, Atha bin Abi Ribah, Abu Bakar Al-Khallal, Abu Bakar Abdul Aziz, Al-Gazali dan lain-lain.
Imam Asy-Syaukani dalam kitabnya Nailul Authar menuliskan bahwa ulama Dzahiri dan jama’ah ahlu Sufi memberikan kemudahan pada nyanyian walaupun dengan gitar dan biola.
Juga diriwayatkan oleh Abu Manshur Al-Bagdadi As-Syafi’i dalam kitabnya bahwa Abdullah bin Ja’far menganggap menyanyi tidak apa-apa, bahkan membolehkan budak-budak wanita untuk menyanyi dan beliau sendiri mendengarkan alunan suaranya. Dan hal itu terjadi di masa khilafah Amirul Mukminin Ali ra. Begitu juga Abu Manshur meriwayatkan hal serupa pada Qodhi Syuraikh, Said bin Al Musayyib, Atho bin abi Ribah, Az-Zuhri dan Asy-Sya’bi.
Nyanyian yang dibolehkan seperti yang sering kita lakukan dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Misal saat dalam perjalanan, ketika memikul beban berat, dan sebagainya, lalu menghibur diri dengan bernyanyi untuk menambah gairah dan semangat, menghilangkan kejenuhan, dan rasa sepi. Atau tidak menyanyi sendiri, tapi mendengarkan lagu dengan menyetel kaset, radio, VCD atau walkman. Yang jelas, kudu lihat-lihat syair lagunya, situasi saat diperdengarkan lagu, dan dampaknya.
Termasuk lagu yang dibolehkan adalah lagu yang dinyanyikan oleh ibu-ibu untuk menenangkan tangis dan rengekan buah hati mereka atau nyanyian gadis-gadis kecil dalam sendau gurau dan permainan mereka
(Kaffur Ri’a’ halaman 59-60, Kasyful Qina’ halaman 47-49).
Jumhur ulama menghalalkan mendengar nyanyian, tetapi berubah menjadi haram jika disertai kemungkaran, seperti sambil minum khomr, berjudi, dll. Atau Jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah seperti memunculkan cinta birahi pada wanita atau sebaliknya dan menyebabkan lalai atau meninggalkan kewajiban, seperti meninggalkan shala, dll.
*‘Sihir’ Musik*
Terlepas dari hukum musik dalam Islam, yang pasti pengaruh musik
memang luar biasa dasyat. Musik bisa menghanyutkan siapa saja pendengarnya. Nggak heran kalo acara-acara musik digemari.
Lihat aja saat Akademi Fantasia Indosiar (AFI) digeber tiap Sabtu malam. Ribuan orang berjejalan ingin menikmati langsung para akademia jagoannya. Juga jutaan pasang mata di tanah air, khusyu menyimak penampilan para pendatang baru di bidang tarik suara itu. Para akademia pun mampu mengaduk-aduk emosi penikmatnya, baik melalui syair maupun musiknya. Buktinya, penonton pada jejingkrakan dan menangis saat salah satu akademia dieliminasi di ujung acara.
Yup, salah satu dampak musik adalah mampu mempengaruhi emosi penyanyi maupun pendengarnya. Coba aja kamu dengerin sountrak sinetronnya Marshanda, Kisah Sedih di Hari Minggu atau Menangis Semalam-nya Audy, pasti kamunya ikutan sedih kan..? Sebaliknya kalo dengerin lagu Tu Wa Ga Pat-nya Project Pop, kamu jadi senyam-senyum. Lain lagi kalo dengerin syair PURNAMA MERINDU Siti Nurhaliza, serasa dimabuk kepayang. Apalagi kaum hawa, paling mudah tersentuh perasaannya dengan lagu-lagu.
Makanya, kalo kamu dengerin lagu-lagu kayak gitu, musti mampu mengontrol emosi. Jangan sampai hal itu mengganggu aktivitas kamu. Sebab bisa jadi, gara-gara terlalu menghayati lagu cengeng misalkan, kamunya jadi males ngapa-ngapain. Itu berarti musik yang kontraproduktif.
Bukan itu aja, musik juga mampu menyibukkan pendengarnya dengan khayalan. Kerjanya cuma berangan-angan sebagaimana syair dalam lagu
atau terobsesi dengan penyanyinya. Kalo maniak musik udah ngefans berat ama penyanyi pujaannya, pasti ada keinginan buat sekadar ketemu dengan sang idola, dapet tandatangannya, berpelukan (kayak Teletubbies aja) dan berfoto bareng. Coba aja lihat, para peserta Mimpi Kali Ye, kebanyakan pengikutnya kaumnya Ibu. Iya, kan..?
Bahkan nggak sekadar ketemu, banyak juga yang nekad berkhayal buat jadi gacoan sang idola. Weleh! Pas banget seperti yang digambarkan Project Pop dalam bait-bait lagu Pacarku Superstar itu, lho...!
Dan yang paling gawat lagi, musik bisa mempengaruhi gaya hidup penggemarnya. Inget waktu Justin Bieber belum lama ini konser di Sentul..? Para penonton dan ABG, termasuk selebriti lokal rame-rame berdandan ala Justin. Belum lagi waktu konser heboh F4 tahun lalu, sontak semua orang berdandan ala Jerry Yan dkk, mulai dandanan rambut ampe sepatu. Wuih..!
Ya, gaya berpakaian para seleb ngetop biasanya langsung jadi trend setter yang sontak menyulap penggemarnya seperti mereka. Nggak peduli mengumbar aurat, nggak sesuai adat ketimuran, apalagi aturan Islam, yang penting trendy.
Itu baru dari cara berpakaian. Belum lagi masalah pergaulan. Kamu kenal duo cewek asal Rusia, Tatu? (syukurlah kalo nggak kenal). Bukan hanya lagu-lagunya yang? didemenin cewek-cewek di dunia, tapi gaya hidup mereka yang lesbian. Malah ke-lesbianan mereka berdua ini justru yang jadi ?daya jual’, pendongkrak ketenaran mereka.? Para penggemarnya sontak memuji keberanian mereka mengeksploitasi kelainan seksual mereka dan sebagian tentu menirunya. Astaghfirullah.
Makanya Non, hati-hati kalo mau dengerin musik. Suka seh sah-sah aja, tapi inget jangan kebablasan. Yah, sekadar buat menghibur diri seh oke, tapi kudu super selektif memilah-milah. Dan yang lebih penting, nggak harus ngikutin gaya hidup para penyanyi itu kan...?
*Cara Syar’i Menikmati Musik*
Memang nggak semua musik punya dampak buruk bagi kamu-kamu.
Sebab ada juga yang berkat musik, justru bisa membangkitkan semangat. Entah semangat belajar, semangat kerja, semangat? dakwah, atau semangat jihad. But, itu tergantung gimana kamu memilah-milah musik dan cara menikmatinya. Jangan semua musik dilahap, dikunyah dan langsung telan. Bolehlah dicicipi dulu, baru dipertimbangkan baik-buruknya buat kita.
Nah, untuk memilih jenis musik yang oke, emang belum ada referensinya.
Tapi ada beberapa catatan musik kayak apa yang kudu kamu pilih:
1. Jenis musiknya.
Saat ini jenis musik banyak banget. Ada mulai klasik,
pop, rock, R&B..? jazz, dangdut, keroncong, seriosa, qasidah dan nasyid.
Jenis musik tertentu sudah berasosiasi dengan aktivitas tertentu yang tentunya nggak pantas buat kalangan Muslimah. Misal dangdut yang identik dengan goyang, rock yang identik dengan jejingkrakan dan R&B yang identik dengan disko-diskoan. Sedangkan jenis klasik cenderung menenangkan. Jadi, silakan pilih jenis musik yang kira-kira bisa mengendalikan kamu nggak melakukan aktivitas yang malu-maluin. Kan nggak lucu kalo kamu yang pake jilbab dengerin walkman di angkot, eh sambil berjogetan karena lagu yang kamu dengerin lagu Si Trio Macan.He heee heee
2. Syairnya.
Ingat lagu Asereje-nya Last Kechup..? Konon tuh syair berisi pujaan terhadap setan. Padahal masyarakat sedunia asyik menyanyikannya karena musiknya yang enak didengar. Makanya, kamu kudu mencermati bait-bait lagu itu.
Jangan sampai isinya melanggar syara’, misalnya menyekutukan Allah, mengajak pacaran, berzina atau gaul bebas.? Meski musiknya oke, kalo syairnya begituan berarti nggak boleh dinikmati. Termasuk bila syairnya menyebut kata-kata keji, menggambarkan keindahan bentuk atau rupa wanita, menyebut sifat atau nama benda-benda yang memabukkan, dll. Sebaliknya, dianjurkan mendengarkan nyanyian yang mendorong semangat untuk giat beramal, menumbuhkan hasrat untuk memperoleh kebaikan, jihad, dakwah, dll.
Jenis musik qasidah dan nasyid adalah jaminan bahwa syair-syairnya aman dan syar’i.
3. Penyanyinya.
Kalo kamu dengerin kaset, mungkin nggak lihat langsung penyanyinya ya.
Tapi kalo lihat langsung, kudu diperhatikan apakah penyanyinya menutup aurat atau nggak. Sebab memandang aurat itu haram. Yah, missal kamu diundang kondangan trus ada penyanyinya, jangan asal menikmati merdu suaranya dan enak musiknya, tapi perhatikan apakah penyanyinya menutup aurat atau engga.
4. Even-nya.
Maksudnya, di mana dan dalam kondisi apa kamu dengerin musik. Kalo di even macam konser yang terjadi campur baur laki perempuan misalkan, meski lagu dan syairnya bagus ya nggak boleh. Misal (mohon maaf) konsernya Bang Haji Rhoma Irama yang membawakan lagu-lagu dahwah, tapi audiennya campur-baur laki-perempuan. Atau kamu nyanyi-nyanyi sendiri lagu-lagu nasyid, tapi di kamar mandi, itu makhruh hukumnya.
5. Dampaknya. Walaupun sesuatu itu mubah, namun bila diduga kuat mengakibatkan hal-hal yang diharamkan seperti melalaikan shalat, kekerasan, perzinaan, dll, maka musik itu menjadi terlarang pula. Jadi pertimbangan apakah nanti kamu akan tenggelam dalam syair-syair lagu saat mendengarkan atau menyanyikannya, atau enggak. Jangan sampai pilih lagu yang membuat kamu terlena, malas-malasan atau malah melanggar hukum syara’.
Coba kamu simak syair Cemburu-nya Dewa...?
"Ingin kubunuh pacarmu,…"
kan gawat....?
kalo sampe ditiruin. Bisa-bisa terjadi pertumpahan darah.
Hiii….Syereeeeeeeeem....!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar