Kelompok Jogja Hip Hop Foundation ini pantas mendapatkan apresiasi karena telah mendapatkan Surat penghargaan dan ucapan terima kasih dari Keraton Yogyakarta atas penciptaan dan dipopulerkannya lagu Jogja Istimewa.
Penghargaan ini juga keunikan tersendiri bagi Kraton, dibalik kesan tradisional, mereka memberikan ruang apresiasi dan ekspresi untuk jenis musik hip-hop yang mereka usung. Sesungguhnya, tradisi justru akan terus menemukan ruang eksistensinya ketika mampu bersinggungan dengan kekinian.
Karena isi lirik lagu tersebut dianggap tepat membangun pengertian dan semangat Golong Gilik (persatuan dan kesatuan) warga Nagyogyakarta Hadiningrat, karena mengandung wawasan sejarah dan juga bagaimana masyarakat menatap masa depan bukan hanya untuk Daerah Istimewa Yogyakarta tetapi untuk Negara Bangsa Republik Indonesia
lagu ini bisa menjadi lagu rakyat Yogyakarta dan telah dinyanyikan di berbagai acara besar dan bersejarah bagi rakyat Yogyakarta.
Semoga tujuan lagu Jogja Istimewa selamanya abadi, yaitu sebagai penyemangat sekaligus pengingat akan nilai-nilai kerakyatan.
Marzuki alias Kill The DJ, pendiri Jogja Hip Hop Foundation, musik hip hop yang berpijak pada tradisi Jawa. Karyanya membuktikan bahwa bentuk kebudayaan Jawa yang berusia tua masih terus berkembang. Dia bisa diakomodasi dalam kebudayaan yang berusia jauh lebih muda dan berasal dari tempat jauh, hip hop.
Killthedj menghip-hopkan Serat Centhini, mantra Jawa, juga puisi milik Romo Sindhunata. Hip-hopnya menyenandungkan pula kritik sosial, seperti pada lagu “Cicak Nguntal Boyo” yang diilhami kisruh pemberantasan korupsi di negeri ini.
Selain menciptakan lagu Marzuki Mohammad juga membuat film berjudul HIPHOPDININGRAT.
Hiphopdiningrat adalah potret perjalanan sederhana sebuah komunitas hip hop dari kota Yogyakarta, dimana mereka mencampurkan musik urban dengan tradisi akar mereka, termasuk bahasa Jawa, tanpa tendensi kontemporer. Jogja Hip Hop Foundation memulainya dengan pentas-pentas di Kampung hingga ke panggung Internasional. Film yang sudah mendapatkan banyak highlight dari berbagai media ini, adalah hasil ketekunan Kill the DJ, sebagai pendiri Jogja Hip Hop Foundation, yang rajin mendokumentasikan berbagai aktivitasnya sejak 2003, kemudian dibantu oleh temannya Chandra Hutagaol sebagai Co-Director untuk menyusunnya menjadi sebuah kisah yang layak untuk ditonton.
Mereka juga menjadi group hip hop Jawa Indonesia pertama yang konser secara ekslusif di kota kelahiran musik hip hop.
New York bukanlah kota yang mudah untuk ditaklukkan. Namun New York juga kota yang sangat multikultur, dimana orang dari seluruh dunia ada di sana, dengan demikian New York bisa menerima dan menghargai perbedaan.
Selain itu mereka juga menyempatkan diri membuat klip dengan mengambil lokasi di Time Square NYC, bernyanyi di tengah kerumunan dan mengundang perhatian publik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar